PEMBAHASAN
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Pengertian
Teori
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka
langkah kedua dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori,
konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat
dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian
(Sumardi Suryabrata, 1990). Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian
itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial
and error). Adanya landasan teoritis ini merupakan ciri bahwa penelitian
itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.
Selanjutnya Sitirahayu Haditino (1999),
menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia lebih
banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada.
Mark 1963, dalam (Sitirahayu Haditino, 1999),
membedakan adany tiga macam teori. Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan
dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain:
1. Teori yang deduktif: memberi keterangan yang
dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan
diterangkan.
2. Teori yang induktif: adalah cara menerangkan
dari data ke arah teori. Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positivistik
inti dijumpai pada kaum behaviorist
3. Teori yang fungsional: disini tampak suatu
interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi
pembentukan teori dan pembentukan dan pembentukan teori kembali mempengaruhi
data.
Berdasarkan pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat
dipandang sebagai berikut.
1. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis.
Hukum-hukum ini biasanya sifat hubungan yang deduktif.
Suatu hukum menunjukan
suatu hubungan antara variabel-variabel empiris yang bersifat ajeg dan dapat
diramal sebelumnya.
2. Suatu teori juga dapat merupakan suatu
rangkuman tertulis mengenai suatu kelompok hukum yang diperoleh secara empiris
dalam suatu bilangan tertentu. Di sini orang mulai dari data yang diperoleh dan
dari data yang diperoleh itu datang suatu konsep yang teoritis (induktif)
3. Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang
menggeneralisasi. Di sini biasanya terdapat hubungan yang fungsional antara
data dan pendapat yang teoritis.
Berdasarkan data tersebut di atas secara umum
dapat ditarik kesimpulan bahwa, suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang
umum. Konseptualisasi atau siste pengertian ini diperoleh melalui, jalan yang
sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak, dia bukan
suatu teori.
Teori semacam ini mempunyai dasar empiris.
Suatu teori dapat memandang gejala yang dihadapi dari sudut yang berbeda-beda,
misalnya dapat dengan menerangkan, tetapi dapat pula dengan menganalisa dan
menginterprestasi secara kritis (Habermas, 1968). Misalkan menlukiskan suatu
konflik antar generasi yang dilakukan oleh ahli teori yang berpandangan
emansipatoris akan berlainan dengan cara melukiskan seorang ahi teori lain
tidak berpandangan emansipatoris.
Selanjutnya Hoy &
Miskel (2001) mengemukakan contoh asumsi dalam bidang administrasi pendidikan.
1. Administrasi merupakan generalisasi tentang
perilaku semua manusia dalam organisasi
2. Administrasi merupakan proses pengarahan dan
pengendalian kehidupan dalam organisasi sosial
B. Tingkatan
Dan Fokus Teori
v
Tingkatan teori : micro, meso dan macro.
v
Micro level theory :
small slice of time, space or a number of people. The concept are usually not
very abstract.
v
Meso level theory :
attempts to link macro and micro levels or to operate at an intermediate level.
v
Macro level theory :
concerns the operation of larger aggregates such as social institutions, entire
culture systems and whole societies. It uses more concepts that are abstract.
v
Fokus teori : teori
substatif, teori formal dan middle range theory.
v
Subtantive theory is
developed for a specific area of social concern such as delinquent gangs,
strikes, disforce or res relation.
v
Formal theory is
developed for a brand conceptual area in general theory, such as deviance,
socialization or power.
v
Middle range theory
are slightly more abstract than empirical generalization or specific
hypotheses. Middle range theories can be formal or substantive.
Middle range theory is principally used in sociology to guide empirical
inquiry.
v
Artinya:
Ø Tingkatan teori : mikro , meso dan makro.
Ø Teori Mikro tingkat :
kecil sepoton gwaktu, ruang atau sejumlah orang. Konsep biasanya tidak
terlalu abstrak.
Ø Meso teori tingkat: upaya untuk
menghubungkan tingkat makro dan mikro atau untuk beroperasi
pada tingkat menengah.
Ø Tingkat Makro Teori: menyangkut pengoperasian agregat yang
lebih besar seperti lembaga sosial, sistem seluruh budaya dan
seluruh masyarakat. Ia menggunakan konsep lebih yang abstrak.
Ø Fokus Teori: Teori substatif, Teori Dan resmi menengah teori jangkauan.
Ø Teori substantif yang dikembangkan
untuk area spesifik dari kepedulian social seperti
geng menunggak, pemogokan, disforce atau
hubungan res.
Ø Teori formal dikembangkan
untuk daerah merek konseptual dalam teori
umum, seperti
penyimpangan, sosialisasi atau
kekuasaan.
Ø Teori kisaran Tengah sedikit lebih
abstrak dari generalisasi empiris atau hipotesis tertentu.
Ø Teori kisaran menengah dapat
formal atau substantif. Teori kisaran Tengah terutama digunakan dalam
sosiologi untuk membimbing penyelidikan empiris.
Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis
yang akan diuji melaui pengumpulan data adalah teori subtantif, karena
teori ini lebih focus berlaku untuk objek yang akan diteliti.
C. Kegunaan Teori
Dalam Penelitian
Teori-teiri pendidikan dapat dibagi menjadi
teori umum pendidikan dan teori khusus pendidikan. Teori umum pendidikan dapat
dibagi menjadi filsafat-filsafat pendidikan dan Ausland pedagogic (studi
pendidikan luar negeri).
Cooper and Schindler ( 2003 ), menyatakan bahwa kegunaan teori
dalam penelitian adalah:
1. Teori mempersempit kisaran sebenarnya
kita perlu mempelajari.
2. Teori menyarankan pendekatan
penelitian yang mungkin untuk menghasilkan makna terbesar.
3. Teori menyarankan sistem untuk
penelitian untuk memaksakan pada data dalam rangka mengklasifikasikan
mereka dalam cara yang paling bermakna.
4. Teori merangkum apa
yang diketahui tentang objek studi dan menyatakan keseragaman
yang berada di luar pengamatan langsung.
5. Teori dapat digunakan untuk
memprediksi fakta lanjut yang harus ditemukan.
Selanjutnya dinyatakan bahwa, ciri-ciri teori yang baik menurut
Mouly adalah :
1. Sebuah
sistem teoritis harus memungkinkan pengurangan yang diuji secara
empiris.
2. Sebuah teori harus kompatibel baik
dengan observasi dan dengan teori sebelumnya divalidasi.
3. teori harus dinyatakan
dalam istilah yang sederhana, teori yang terbaik yang
menjelaskan sebagian besar dalam bentuk yang paling sederhana.
4.
teori-teori ilmiah
harus didasarkan pada fakta-fakta empiris dan hubungan.
Dalam penelitian
kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas karena teori di sini
sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis dan sebagai referensi untuk menyusun
instrumen penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam proposal penelitian
kuantitatif harus sudah jelas apa yang akan dipakai.
Teori digunakan untuk
memperjelas dan mempertajam ruang lingkup atau konstruk variabel yang akan
diteliti, untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian karena
pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif, untuk
mencandra dan membahas hasil penelitian sehingga selanjutnya digunakan untuk
memberikan saran dalam upaya pemecahan masalah.
D. Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian
merupakan uraian sistematis tentang teori dan hasil-hasilpenelitian yang
relevan dengan variable yang diteliti. Deskripsi teori paling tidak berisi
tentang penjelasan terhadap variable-variabel yang diteliti melalui uraian yang
mendalam dan lengkap dari berbagai referensi. Variable-variabel yang tidak
dapat dijelaskan dengan baik, baik dari segi pengertian maupun kedudukan dan
hubungan antar variable yang diteliti, menunjukkan bahwa peneliti tidak menguasai
teori dan konteks penelitian.
Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori
adalah sebagai berikut ;
1. Tetapkan nama variable yang diteliti, dan
jumlah variabelnya.
2. Cari sumber bacaan yang relevan dengan setiap
variable yang diteliti
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topic
yang relevan dengan setiap variable yang akan diteliti.
4. Cari definisi setiap variable yang akan
diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan antaa satu sumber dengan sumber
yang lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan.
5. Baca selouruh isi topic buku, analisa,
renungkan dan buat rumusan dengan bahasa sendiri.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibacadari
berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri.
E. Kerangka Berpikir
Uma Sekaran, dalam bukunya Business
Research (1992) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah dididentifikasi sebagai masalah yang penting.Kerangka berfikir yang baik
akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti.
Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan
dependen.
Kerangka berfikir dalam suatu penelitian
dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dengan dua variabel
atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas dua variabel atau lebih secara
mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis
untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran
variabel yang diteliti (Sapto Haryoko, 1999).
Langkah-langkah dalam menyusun kerangka
pemikiran yang selanjutnya membuahkan hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Memantapkan variabel yang diteliti
Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu
dikemukakan dalam menyusun kerangka berfikir untuk pengajuan hupotesis, maka
harus ditetapkan terlebih dahulu variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel
yang diteliti, dan apakah nama setiap variabel merupakan titik tolak untuk
menentukan teori yang akan dikemukakan.
2. Membaca Buku dan Hasil Penelitian (HP)
Setelah variabel ditentukan, maka langkah
berikutnya adalah membaca buku-buku dan hasil penelitian yang relevan.
Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk buku teks, ensiklopedia, dan kamus. Hasil
penelitian yang dapat dibaca adalah, laporan penelitian, Journal ilmiah,
Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
3. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian (HP)
Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca
akan dikemukakan teori-teori yang berkenaan dengan variabel yang diteliti.
Deskripsi teori berisi tentang definisi terhadap masing-masing variabel yang
diteliti, dan kedudukan antara variabel satu dengan yang lain dalam konteks
penelitian tertentu.
4. Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil
Penelitian
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis
secara kritis terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang telah dikemukakan.
Dalam analisis ini, peneliti akan mengkaji apakah teori-teori dan hasil
penelitian yang telah ditetapkan itu betul-betul sesuai dengan objek penelitian
atau tidak.
5. Analisis Komparatif terhadap teori dan hasil
penelitian
Analisis komparatif dilakukan dengan cara
membandingkan antara teori satu dengan yang lain, dan hasil penelitian satu
dengan yang lain, sehingga peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan
yang lain, atau mereduksi jika dipandang terlalu luas.
6. Sintesa / Kesimpulan
Selanjutnya peneliti dapat melakukan sintesa
atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu dengan
variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir.
7. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir yang dihasilkan dapat berupa
kerangka berfikir yang asosiatif/hubungan maupun komparatif/perbandingan.
Kerangka berfikir asosiatif misalnya “Jika guru kompeten, maka hasil belajar
akan tinggi”.
8. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut
selanjutnya disusun hipotesis. Bila kerangka berfikir berbunyi “Jika guru
kompeten, maka hasil belajar akan tinggi” maka hipotesisnya berbunyi “
ada hubungan yang positif dan signifikan antara kompetensi guru dengan hasil
belajar.
Selanjutnya Uma Sekaran (1992) mengemukakan
bahwa kerangka berfikir yang baik,memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Variabel – variabel yang akan diteliti harus
dijelaskan.
2. Diskusi dalam kerangka berfikir harus dapat
menjelaskan dan menunjukan pertautan/hubungan antar variabel yang diteliti, dan
ada teori yang mendasari.
3. Diskusi juga harus menunjukan dan
menjelaskan apakah hubungan antar variabel itu positif atau negatif, berbentuk
simetris,kausal atau interaktif (Timbal balik)
4. Kerangka berfikir tersebut selanjutnya perlu
dinyatakan dalam bentuk diagram (Paradigma penelitian), sehingga pihak lain
dapat memahami kerangka pikir yang dikemukakan dalam penelitian.
F. Hipotesis
Perumusan hipotesis penelitian merupakan
langkah ketiga dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori
dan kerangka berfikir. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap penelitian
harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat ekploratif dan deskriptif
sering tidak perlu merumuskan hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitan, dimana rumusan masalah peneliitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis
juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data.
Dalam hal ini, perlu dibedakan pengertian
hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis statistik itu ada bila
penelitian bekerja dengan sampel. Jika penelitian tidak menggunakan sampel,
maka tidak ada hipotesis statistik. Dalam suatu penelitian dapat terjadi ada
hipotesis penelitian, tetapi tidak ada hipotesis statistik. Ingat bahwa,
hipotesis itu berupa jawaban sementara terhadap rumusan masalah dan hipotesis
yang akan diuji dinamakan hipotesis kerja. Sebagai lawannya adalah hipotesis
nol (nihil), hipotesis kerja disusun berdasarkan teori yang dipandang handal,
sedangkan hipotesis nol dirumuskan karena teori yang digunakan masih diragukan
kehandalannya. Hipotesis kerja dinyatakan dalam kalimat positif dan hipotsis
nol dinyaakan dalam kalimat negatif.
Contoh hipotesis penelitiannya
Kemampuan bahasa asing murid SLTA itu rendah
(hipotesis deskriptif untuk popilasi, hipotesis ini sering tidak dirumuskan
dalam penelitian sosial)
Contoh hipotesis penelitian yang mengandung hipotesis statistik
:
Ada perbedaan yang signifikan antara
prestasi belajar dalam sampel dengan populasi. Prestasi belajar anak paling
tinggi dengan nilai 6,5 (hipotesis deskriptif, sering tidak dirumuskan dalam
penelitian).
Dalam Hipotesis statistik, yag diuji adalah
hipotesis nol, hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan antara data
sampel, dan data populasi. Yang diuji hipotesis nol karena peneliti tidak
berharap ada perbedaan antara sampel populasi dan atau statistik dan
parameter. Parameter adalah ukuran-ukuran yang berkenaan
dengan populasi, dan statistik disini diartikan sebagai
ukuran-ukuran yang berkenaan dengan sampel.
1. Bentuk Bentuk Hipotesis
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan
masalah penelitian. Bentuk hipotesis ada tiga yaitu sebagai berikut:
a. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif
merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan
dengan variabel mandiri.
Contoh :
1) Rumusan Masalah Deskriptif
a) Berapa lama daya tahan berdiri karyawan toko
lulusan SMK?
b) Seberapa semangat belajara mahasiswa Perguruan
Tinggi Negeri?
2) Hipotesis Deskriptif
Daya tahan berdiri
karyawan toko lulusan SMK sama dengan 6 jam perhari (Ho). Ini merupakan
hipotesis nol, karena daya tahan berdiri karyawan lulusan SMK yang ada pada
sampel diharapkan tidak berbeda secara signifikan dengan daya tahan yang ada
pada populasi. (angka 6 jam/hari merupakan angka hasil pengamatan sementara).
Hipotesis alternatifnya adalah : Daya tahan karyawan toko lulusan SMK ≠ 600
jam. “Tidak sama dengan”. Ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil dari
600 jam
3) Hipotesis Statistik (hanya ada bila
berdasarkan data sampel)
Ho : µ = 6 jam/hari
Ha : µ ≠ 6 jam/hari
µ : adalah nilai
rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau ditaksir melalui sampel.
b. Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif
merupakan jawaban sementara tehadap rumusan masalah komparatif. Pada rumusan
ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan
itu terjadi pada waktu yang berbeda.
Contoh:
1) Rumusan Masalah Komparatif
Bagaimana prestasi
belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X bila dibandingkan dengan Perguruan Tinggi
Y?
2) Hipotesis Komparatif
Berdasarkan rumusan
masal komparatif tersebut dapat dikemukakan tiga model hipotesis nol
dan alternatif, sebagai berikut:
Hipotesis Nol:
1) Ho : Tidak terdapat perbedaan prestasi
belajar mahasiswa perbedaan prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X
dengan Perguruan Tinggi Y; atau terdapat persamaan prestasi belajar mahasiswa
perbedaan prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X dengan Perguruan Tinggi
Y, atau
2) Ho : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan
Tinggi X lebih besar atau sama dengan (≥) Perguruan Tinggi Y (“lebih besar atau
sama dengan)” = paling sedikit).
3) Ho : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan
Tinggi X lebih kecil atau sama dengan (≤) Perguruan Tinggi Y (“lebih kecil atau
sama dengan)” = paling besar).
Hipotesis Alternatif:
1) Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan
Tinggi X lebih besar (atau lebih kecil) dari perguruan tinggi Y.
2) Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan
Tinggi X lebih kecil dari pada (<) perguruan tinggi Y.
3) Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan
Tinggi X lebih besar dari pada (>) perguruan tinggi Y.
3) Hipotesis Statistik dapat dirumuskan sebagai
berikut :
|
1). Ho : µ1
= µ2
Ha
: µ1 ≠ µ2
2.) Ho : µ1 ≥ µ2
Ha : µ1 <
µ2
3.) Ho : µ1 ≤ µ2
Ha : µ1 >
µ2
c. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis assosiatif
adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
1) Rumusan Masalah Asosiatif
Adakah hubungan yang
positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja
sekolah.
2) Hipotesis Penelitian
Terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan
iklim kerja sekolah.
3) Hipotesis Statistik
Ho : ρ = 0 ------ 0
berarti tidak ada hubungan.
Ha : ρ ≠ 0
------“Tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang (-) dari nol
berarti ada hubungan,
ρ = Nilai korelasi
dalam formulasi yang dihipotesiskan.
2. Paradigma Penelitian, Rumusan Masalah dan
Hipotesis
Dengan paradigma
penelitian, peneliti dapat menggunakan sebagai panduan untuk merumuskan
masalah, dan hipotesis penelitiannya, yang selanjutnya dapat digunakan untuk
panduan dalan pengumpulan data dan analisis. Pada setiap paradigma penelitian
minimal terdapat satu rumusan masalah penelitian, yaitu masalah deskriptif.
Berikut ini contoh judul penelitian, paradigma, rumusan masalah, dan hipotesis
penelitian.
a. Judul Penelitian
Hubungan antara gaya
kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajar murid. (Gaya kepemimpinan
adalah variabel independen (X) dan Prestasi belajar adalah variabel dependen
(Y)).
b. Paradigma Penelitian
|
c. Rumusan Masalah
1. Seberapa baik gaya kepemimpinan Kepala Sekolah
yang ditampilkan? (Bagaimana X?)
2. Seberapa baik prestasi belajar siswa?
(Bagaimana Y?)
3. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara
gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajar siswa? (Adakah
hubungan antara X dan Y?) Butiran ini merupakan rumusan masalah asosiatif.
4. Bila sampel penelitiannya golongan guru
golongan III dan IV, maka rumusan masalah komparatifnya adalah:
a. Adakah perbedaan persepsi antara guru Golongan
III, dan IV tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah?
b. Adakah perbedaan persepsi antara guru Gol III,
dan IV tentang prestasi belajar murid.
d. Rumusan Hipotesis Penelitian
1.gaya kepemimpinan yang ditampilkan Kepala
Sekolah (X) ditampilkan kurang baik, dan nilainya paling tinggi 60% dari
kriteria yang diharapkan.
2.Prestasi belajar murid (Y) kurang memuaskan,
dan nilainya paling tinggi 65.
3.Terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara kepemimpinan kepala sekolah dengan prestasi belajar murid, Artinya makin
baik kepemimpinan kepala sekolah maka akan semakin baik prestasi belajar murid.
4.Terdapat perbedaan persepsi tentang gaya
kepemimpinan antara Gol I, II, III.
5.Terdapat perbedaan persepsi tentang prestasi
kerja antara guru Gol III dan IV.
Untuk bisa diuji
dengan statistik, maka data ang didaptkan harus diangkakan. Untuk bisa
diangkakan, perlu instrumen yang memiliki skala pengukuran. Untuk judul diatas
ada dua instrumen, yaitu instrumen gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dan
prestasi belajar murid.
3. Karakteristik Hipotesis yang Baik
a. Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel
mandiri, perbandingan keadaan variabel pada berbagai sampel, dan merupakan
dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.
b. Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga
tidak menimbulkan berbagai penafsiran.
c. Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan
dengan metode-metode ilmiah.